LOYALITAS DAN PULANG TEPAT WAKTU - Sisi Lain Young Engineer LOYALITAS DAN PULANG TEPAT WAKTU

LOYALITAS DAN PULANG TEPAT WAKTU

Paradigma yang beredar di kalangan pekerja saat ini menyatakan bahwa loyalitas diukur dari lama waktu yang dihabiskan untuk menunaikan pekerjaan. Sehingga, semakin telat karyawan pulang, maka dianggap semakin loyal. Memang, suatu kantor atau unit kerja memiliki budaya kerja masing-masing dan tidak dapat disalahkan jika paradigma itu yang digunakan. Namun, jika boleh berpendapat, tentunya hal itu kurang tepat. Menurut saya, loyalitas dan pulang tepat waktu, kedua-duanya merupakan indikator positif. Sebelumnya beropini lebih jauh, saya ingin mempelajari definisi loyalitas terlebih dahulu.

#Berarti kalo ga pulang-pulang, loyal banget donk, Gan?
#Kalo ga pulang-pulang berarti Bang Toyib bro
#Bisa ae si Agan mah

Secara kata, loyalitas berarti kepatuhan atau kesetiaan (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia); dan secara lengkap, loyalitas diartikan mutu dari tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi. (sumber: Universitas Ciputra Enterpreneurship Online).

abuathar.com
Gambar: http://segi2.com
Mmmmh, dari definisinya saya belum menemukan korelasi antara loyalitas dan ukuran waktu kerja. Lebih lanjut saya mau memaparkan mengenai pulang tepat waktu. Pulang tepat waktu, menurut saya adalah hal positif yang merupakan cerminan kedisiplinan dan kemampuan mengelola waktu. Ada banyak hal yang didapat dari pulang tepat waktu antara lain:

1. Memberikan tubuh dan pikiran waktu untuk beristirahat
Dengan pulang tepat waktu berarti kesempatan relaksasi terhadap otot dan otak sesuai porsinya menjadi teratur. Dalam hal ini, asumsi faktor perjalanan pulang kerja diabaikan. Otot dan otak memiliki batasan dalam melakukan aktivitas, oleh karena itu jika menggunakan otot dan otak di luar waktu optimalnya, akan menyebabkan penurunan tingkat produktivitas, atau bahkan dapat menyebabkan stres. Harapan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, malah berdampak negatif pada tubuh dan pikiran, seperti sakit atau setres. Jangan sampai lah yaa!. Lebih baik membuat skala prioritas dan perencanaan yang lebih matang.

#Iya, Gan, tujuan kerja nyari duit, bukan nyari sakit atau setress
#Stres, bro bukan setres
#Iya, ntu maksudnya, setres,, eh sentres,, mm eh,, stres
#Belibet bgt yaa bro
#Maklum bro, abis makan emping
#Hellow, Apa hubungannya???

2. Memberikan lebih banyak waktu untuk spritual dan sosial
Dalam kehidupan, bekerja hanyalah bagian dari ikhtiar, sehingga tidak elok jika dilakukan secara berlebihan dengan mengabaikan sisi spritual. Sisi spritual yang dimaksud adalah memberi ruang beribadah kepada Sang Pencipta. Sebagai contoh, jika pulang tepat waktu pada sore hari, mungkin di sela waktu magrib menjelang isya, seseorang dapat mengikuti tadarus Quran atau majelis ilmu. Bandingkan dengan pulang larut malam, sesampainya rumah langsung tidur.
Selain itu, sebagai makhluk sosial, bersilaturahmi dengan tetangga atau mengikuti kegiatan warga sangat dibutuhkan, mengingat hubungan baik sesama manusia dapat mengantarkan kenyamanan dan ketenangan jiwa bagi tiap-tiap orang yang berada dalam satu lingkungan. Bayangkan, jika seseorang tidak pernah bersilaturahmi atau mengikuti kegiatan warga, hanya sibuk bekerja terus menerus, saat membutuhkan pertolongan tetangga akan terasa canggung.

#Setubuh, Gan, jangan lupa ibadah, 
#Iya, bro,, bekerja itu kan selingan menunggu waktu sholat
#Yang Sunah juga dikejar, Gan, jangan wajib doank, Oke?
#Ok, Bro, Manut.

Sekarang, sebelum saya mengarah pada opini, saya ingin mempertanyakan hal berikut: 
Apakah bentuk loyalitas yang dimaksud harus mengorbankan waktu istirahat bagi tubuh dan pikiran?
Apakah bentuk loyalitas yang dimaksud harus mengabaikan sisi spritual dan sosial yang merupakan kewajiban dan bagian hidup dari seseorang?

abuathar.com
Gambar: http://www.pontianakpost.co.id
Tentu tidak kan?. Loyalitas jika menggunakan referensi di atas, hendaknya dapat dicerminkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mematuhi peraturan perusahaan
Kepatuhan terhadap peraturan perusahaan adalah hal yang pokok jika ingin bertahan dalam pekerjaan. Loyalitas yang sesungguhnya, paling utama diukur dari hal ini. Peraturan perusahan cukup detail mengatur batasan-batasan yang harus ditaati oleh karyawan, bahkan sudah menerapkan sanksi sesuai dengan tingkatan pelanggarannya.

2. Mematuhi instruksi atasan sesuai dengan tujuan perusahaan
Sebagai bawahan, mengikuti arahan atasan adalah hal yang pokok kedua, karena seorang pemimpin pasti memiliki wawasan dan cara pandang yang lebih baik. Selama instruksi atasan masih sesuai dengan tujuan perusahaan, tidak ada salahnya mengikutinya. Selain itu, jika menemukan ketidaksesuaian atau ketidakcocokan, memberi pendapat adalah hal yang sangat tidak dilarang. Namun, karyawan perlu mengetahui bahwasanya cara penyampaian pendapat kepada atasan tentu tidak sama terhadap teman sebaya, butuh pengenalan karakter atasan terlebih dahulu.

3. Bertanggung jawab atas tugas perusahaan
Mencintai pekerjaan dan selalu memberikan hasil yang optimal sesuai dengan target perusahaan merupakan bentuk kesetiaan yang sangat terukur. Untuk itu, seharusnya sebuah perusahaan memandang bentuk tanggung jawab tersebut sebagai loyalitas yang hakiki.

Lantas, apakah selalu pulang tepat waktu itu menandakan ketidak-loyalan seseorang?. Pemikiran ini, sekali lagi menurut saya agak kurang tepat. Orang yang selalu pulang telat hingga larut malam, kemudian otomatis dikatakan loyal. Nanti dulu donks!, mari dilihat dulu, apakah dia sudah mematuhi peraturan perusahaan?. Apakah sudah mengikuti instruksi atasan dengan baik?. Dan apakah tanggungjawabnya sudah dikerjakan dengan optimal?. Jika tidak, belumlah bisa dikatakan loyal.

Mungkin, mungkin nih yaa, dalam contoh kasus, perusahaan meminta karyawannya lembur atau pulang larut malam karena ada deadline yang harus segera diselesaikan. Dalam hal ini, tentunya kesepakatan kedua pihak dan skala prioritas menjadi penentu. Terkadang, karyawan juga harus mengerti dan mengorbankan sedikit waktunya untuk menyelamatkan perusahaan dalam hal ini, jangan langsung menolak tanpa melihat efek domino-nya. Dan atasan pun harus dengan kerendahan hati dan sikap fair untuk meminta hal tersebut. Jika ada nilai yang harus ditunaikan, maka tunaikanlah sesuai aturan. Bukan dengan cara otoriter, pokok'e harus lembur, kalo ga lembur dianggap ga loyal. 

Menurut saya, dalam contoh kasus ini, seharusnya setelah suasana terpenuhi dan kembali aman terkendali, harus dilakukan evaluasi supaya deadline mepet seperti itu tidak sering terjadi. Sebelum itu, berikanlah apresiasi kepada segenap pihak atas pengorbanan waktunya membantu menyelesaikan tugas perusahaan, agar meningkatkan kembali semangat, kekompakan dan rasa cinta terhadap perusahaan.
abuathar.com
Gambar: https://ndeso94.com

Berbeda pendapat adalah hal yang lumrah, tidak tertutup kemungkinan, di luar sana masih banyak Agan-Agan yang berbeda hasil pemikiran dengan saya. Untuk memahami perbedaan ini, tentunya dapat didiskusikan untuk dicari sisi positifnya masing-masing.

Salam Buruh,
Abu Athar

Sumber Bacaan:






Labels: Artikel, Coretanku, Kerja, Motivasi

Thanks for reading LOYALITAS DAN PULANG TEPAT WAKTU. Please share...!

12 Comment for "LOYALITAS DAN PULANG TEPAT WAKTU"

Setuju.
Jaman saya masih jadi kaeryawan dulu, sering banget ada tanggapan kalau pulangnya ontime terus masih dikatain belum kerja maksimal. Belum loyal katanya. Lah, padahal kan jobdesk udah selesai hari itu juga. Masa iya kudu pulang malem cuma nongkrong-nongkrong di kantor. Ya mending pulang buat istirahat biar hari berikutnya pas masuk kerja, pikiran jadi lebih fresh dan siap buat nerima deadline yang sering dikasih mepet-mepet sama pak bos. Haha...

Agak ribet juga ya komen di blog Anda. Adanya hanya reply untuk komen sebelumnya, ah mungkin saya yang bodoh...

Agak ribet juga ya komen di blog Anda. Adanya hanya reply untuk komen sebelumnya, ah mungkin saya yang bodoh...

Aku selalu pulang tepat waktu dan jarang lembur. Bisa dihitung paling sebulan lembur sekali dua kali. Justru pulang tepat waktu itu bentuk loyalitas, perusahaan gak perlu bayar uang lembur karyawan yang berarti pemborosan.

Datang dan pulang tepat waktu itu sebenarnya adalah simbol profesionalisme, menurut saya. Tapi ya atasan di perusahaan pasti punya pandangan yang berbeda, hehehe.

Pulang tepat waktu mungkin gak sih buat anak ahensi? Wkwkwk
Karena kadang revisi dateng sorean. Atuhlah.
Tapi, setuju, pulang malam atau lembur itu bukan loyalitas, tapi kurang memaksimalkan kemampuan dan memanfaatkan waktu. Kalau emang ada kerjaan, ya kerjain. Kalau udah gak ada kerjaan, ya pulang keleus. Pulang tepat waktu juga sebuah keharusan bagi seseorang yg sudah berkeluarga atau tinggal bersama keluarga euy. Udah ada yang nungguin dirumah

di kantor saya baik2 saja kalau pulang on time, ga ada masalah. Kecuali kalau ada lembur ya memang karena kewajiban yang akan diberikan hak uang lembur, berarti mesti dilakoni.

Selama ga lembur saya pulang tepat waktu, berkumpul dengan keluarga lebih utama. Memang sih ada juga kantor yang memandang "berbeda" jika ada karyawan yang pulang tepat waktu.

Terima kasih atas kunjungan Agan dan Sista.
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.
[VM Atmanegara]

Back To Top