Bukannya aku tak mau, sayang, untuk mengajakmu ke pantai lagi, tapi aku hanya tak ingin kau kecewa karena pantai dimana kita mengukir beribu kenangan indah itu tak seindah dulu lagi, telah penuh dengan sampah, akibat dari kepraktisan mereka yang tak sedikitpun berpikir tentang kesehatan anak cucu mereka, hati mereka sekotor pemandangan pantai yang dipenuhi sampah-sampah tersebut.
Dan bukannya aku tak mau, sayang untuk menuntunmu menelusuri hutan lagi, tapi aku hanya tak ingin dirimu kecewa, karena hutan dimana kita mengukir cerita indah berjuta rasa itu tak serindang dulu lagi, akibat dari pemikiran mereka yang hanya berfikir untung semata, bahkan pohon yang berukirkan nama kitapun telah menjadi korban kebrutalan mereka, mereka tebangi semuanya tanpa memikirkan persoalan bagi anak cucu mereka, otak mereka segundul hutan yang mereka tebangi tersebut.
Namun, jika kau memaksa, sayang untuk pergi ke pantai dan gunung maka kita tidak akan pergi untuk mengenang masa-masa indah, melainkan untuk mengabdikan diri pada alam, kita bersihkan pantai dari sampah-sampahnya dan kita tanam pohon di gundulnya hutan. Teriakan kekecewaan yang kita ungkapkan, sayang, hanyalah bisikan kecil biasanya bagi mereka, para pelaku kebiadaban terhadap alam, semoga dengan segala upaya ini kita bisa menyadarkan hati dan otak mereka yang hanya membayangkan kepraktisan dan tumpukan uang. Dan yakinilah, sayang, cintaku padamu tidak kurang dari cintaku terhadap alamku.
0 Comment for "Dari Pardjo Untuk Tukiyem"
Terima kasih atas kunjungan Agan dan Sista.
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.
[VM Atmanegara]