-Kebencian yang Tertahan-
26 Mei 2015
Wahai Raja dan Ratu yang bertahta,
Jabatanmu kusegani. Melawanmu hanya seperti mendorong tembok yang berdiri kokoh. Tapi ingatlah Tuan dan Nyonya, apa yang telah menjadi hak orang lain janganlah kautahan seketika. Andai kautahu ada harapan keluargaku di rumah di sana.
Wahai Paduka yang mumpuni,
Segala hormatku tak berkurang padamu, Tuan. Tapi seisi hatiku penuh kecewa, saat kauhentikan laju pesawat terbang tiba-tiba, sama saja kauhempaskan puluhan nyawa sia-sia.
Wahai Nyonya yang bijaksana,
Kuingat jasamu yang telah memungutku di tengah tumpukan busuk dan kotor. Sejak saat itu kuanggap kau orangtuaku. Tapi, murka tertahan di hatiku saat kauucap untuk melupakan hakku sesaat setelah aku keluar dari ruang tahtamu.
Wahai manusia yang memiliki pengalaman hidup,
Kutahan air mataku agar tak jatuh di hadapanmu. Andai kautahu. Ada harapan masa depan saudara kecilku dari hakku yang kautahan itu, seseuatu yang kausuruh lupakan itu. Walau itu semua, Tuan dan Nyonya, takkan mengurangi rasa hormatku padamu. Ibuku menasihatiku untuk mengingat jasamu.
Taukah kau, Tuan dan Nyonya yang penuh wibawa,
Sungguh tiada lagi yang bisa kulakukan, selain sabar dan ikhlas. Profesionalisme dan kejujuranku takkan pernah terganggu oleh tingkahmu itu. Tuhan telah menjanjikan kemudahan di setiap kesulitan. Aku yakin, Tuan dan Nyonya, hidup di dunia hanya sementara, akhiratlah terminal akhir pemberhentian kita semua. Berlaku baiklah selagi bisa, memberikan penghargaan sesuai porsinya, atas tenaga dan jiwa yang telah bekerja sesuai instruksimu.
Salam,
Orang kerdil yang tak pernah berkurang rasa hormatnya padamu.
26 Mei 2015
Sumber gambar: http://www.aldakwah.org/
Wahai Raja dan Ratu yang bertahta,
Jabatanmu kusegani. Melawanmu hanya seperti mendorong tembok yang berdiri kokoh. Tapi ingatlah Tuan dan Nyonya, apa yang telah menjadi hak orang lain janganlah kautahan seketika. Andai kautahu ada harapan keluargaku di rumah di sana.
Wahai Paduka yang mumpuni,
Segala hormatku tak berkurang padamu, Tuan. Tapi seisi hatiku penuh kecewa, saat kauhentikan laju pesawat terbang tiba-tiba, sama saja kauhempaskan puluhan nyawa sia-sia.
Wahai Nyonya yang bijaksana,
Kuingat jasamu yang telah memungutku di tengah tumpukan busuk dan kotor. Sejak saat itu kuanggap kau orangtuaku. Tapi, murka tertahan di hatiku saat kauucap untuk melupakan hakku sesaat setelah aku keluar dari ruang tahtamu.
Wahai manusia yang memiliki pengalaman hidup,
Kutahan air mataku agar tak jatuh di hadapanmu. Andai kautahu. Ada harapan masa depan saudara kecilku dari hakku yang kautahan itu, seseuatu yang kausuruh lupakan itu. Walau itu semua, Tuan dan Nyonya, takkan mengurangi rasa hormatku padamu. Ibuku menasihatiku untuk mengingat jasamu.
Taukah kau, Tuan dan Nyonya yang penuh wibawa,
Sungguh tiada lagi yang bisa kulakukan, selain sabar dan ikhlas. Profesionalisme dan kejujuranku takkan pernah terganggu oleh tingkahmu itu. Tuhan telah menjanjikan kemudahan di setiap kesulitan. Aku yakin, Tuan dan Nyonya, hidup di dunia hanya sementara, akhiratlah terminal akhir pemberhentian kita semua. Berlaku baiklah selagi bisa, memberikan penghargaan sesuai porsinya, atas tenaga dan jiwa yang telah bekerja sesuai instruksimu.
Salam,
Orang kerdil yang tak pernah berkurang rasa hormatnya padamu.
3 Comment for "Surat untuk Raja dan Ratu yang Bertahta"
Itu suratnya tertuju buat aku, ya? Tnggal saja tnggl 26 Mei, kan hari lahirku. Tapi gak mau ah, gak romantis :'(
Apalah aya..
Surabaya piye kabare rek?
Terima kasih atas kunjungan Agan dan Sista.
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.
[VM Atmanegara]