Selamat Siang Khalayak Ramai,
Izinkan gw meneruskan ilmu yang gw dapat dari sharing/diskusi di grup Whatsapp Warung Blogger tentang "Cara Menulis Novel".
Pembicaranya nyata dan aseli seorang penulis novel, karya novelnya sudah diterbitkan oleh penerbit ternama di negeriku Indonesia, Gramedia. Daripada diteriakin NO Pict = Hoax, berikut penampakan dari novel sang narasumber:
Kalo untuk ending yang twist, dari pertanyaan Ken, diketahui Mba Irene punya trik dengan membuat bermacam opsi, kemudian memilih yang terbaik atau dengan berkonsultasi dengan teman-temannya untuk menentukan opsi mana yang akan dipakai.
Izinkan gw meneruskan ilmu yang gw dapat dari sharing/diskusi di grup Whatsapp Warung Blogger tentang "Cara Menulis Novel".
Pembicaranya nyata dan aseli seorang penulis novel, karya novelnya sudah diterbitkan oleh penerbit ternama di negeriku Indonesia, Gramedia. Daripada diteriakin NO Pict = Hoax, berikut penampakan dari novel sang narasumber:
Novel "Tiga Cara Mencinta" |
Novel "Dua Cinta Negeri Sakura" |
Gue belum punya bukunya gan, ntar kalo dah punya bukunya, gw bikinin resensinya deh. Sebenernya sih kemaren gw ngarep dapat bukunya secara cuma-cuma, karena diskusinya berhadiah buku tersebut, untuk yang dipilih sebagai 'pe-nanya terbaik' (betul gak yah tulisan gw??)
#lu belajar nulis dlu gan,, masa udah posting baru nanya
#toleransi lah gan,, masa gw cuma nanya itu doank dimarahin
#gw udah cukup terlalu baik sm lo, kali ini lo harus dimarahin
#apaan sii gan,,?? kesambet lo,,
Udah sampe mana tadi??,, oh yaa,, gw senang banget gabung ama Webe (Warung Blogger-red), bisa diskusi langsung sama penulis yang nyata dan aseli kayak diskusi kemaren (9 Maret 2015) itu. Narasumbernya adalah Mba Irene Dyah (-maunya dipanggil Airin), seorang Ibu Rumah Tangga yang berdomisili di Jakarta.
Mba Irene mengawali cerita tentang bagaimana bisa ia suka menulis. Beliau typical yang suka bercerita dan
sharing. Menulis dipilih sebagai salah satu media untuk menceritakan sesuatu yang dialami, diketahui dan dikhayalkannya. Menurutnya, menulis bisa menjadi penghubung dengan
banyak orang. Mba Irene ini awalnya punya hobi membaca, trus punya keinginan bikin sesuatu yang juga bisa dibaca oleh orang
lain. Baginya, tulisan akan mendokumentasikan isi pikiran. Jleb.. Dahsyaaaat...
Wanita yang pernah menjadi penulis artikel di majalah ini, memanfaatkan waktu kosong menjadi sesuatu yang bernilai besar, dengan memulai mengulas kisah tentang pernikahan seseorang dengan mualaf. Inspirasi pertamanya saat melihat cincin pernikahan.. Jleb..
#Mamposss, perih kan, denger kata nikah??,, makanya cepet..
#Biasa aja gan. hiks.. hiks.. hiks T_T
Mba Irene menyajikan sudut pandang yang lain melalui novelnya. Biasanya kisah cinta berawal dari jadian, kemudian diakhiri dengan pernikahan. Nah, kalo Mba Irene menjadikan pernikahan itu sebagai starting point-nya. Tema pernikahan merupakan suatu hal yang general, namun dia berhasil mempersempitnya menjadi suatu topik tentang pernikahan yang bermasalahan karena kelalaian kedua belah
pihak. Selama ini seringkali orang menuduh pria sering bermain. Melalui novelnya, Mba Irene malah menyajikan kisah tokoh wanita yang bermain, anehnya lagi yang salah bukan cuma istri, melainkan juga suaminya. Singkatnya tema itu diperas menjadi topic yang sempit, jelas, unik, dan punya misi. Beliau berpesan jangan sampai novel yang dibuat hanya jadi bacaan yang menghibur tapi
mudah dilupakan.
Catet!! "Membuat suatu topik yang spesifik dan berbeda untuk menciptakan suatu novel yang unik"
Dari segi karakter, Ibu dari dua orang anak ini (Wah, jadi ketauan deh statusnya, ga pa2 yah Mba Irene??) menampilkan tiga karakter dalam novelnya, yaitu Ajeng, Aliyah dan Miyu. Ketiganya tokoh rekaan ini digambarkan, ditulisi karakter yang
menonjol, baik ciri fisik maupun non fisik untuk menjaga konsistensinya. Misalnya, Ajeng, 50% diambil dari seorang teman yang memang 'Ajen banget', tapi bumbu karakter yang witty dan nyinyir pada pernikahan adalah
rekaan. Miyu itu juga terilhami dari orang beneran. Seorang penari wanita di Jepang, betul-betul penari, cinta Indonesia, dan selalu membawa tas besar berisi barang, tapi karakternya yang sangat malaikat adalah rekaan. Singkatnya, Mba Irene menggabungkan tokoh nyata
dengan rekaan.
Catet!! "Membuat tokoh dapat dilakukan dengan cara menggabungkan karakter nyata dengan karakter rekaan"
Tentang setting tempat pada novel, tokoh yang diceritakan memang memerlukan kota-kota di luar negeri.
Kisah tersebut tidak akan terjadi seandainya ketiga tokoh berada di Indonesia. Contohnya, kisah pada Aliyah, dia harus berada di Tokyo
karena suaminya orang Jepang. Konflik Aliyah dengan suaminya tidak mungkin timbul
seandainya mereka tinggal di Jakarta. Aliyah tidak akan kesepian
seperti itu, bila mereka tinggal di Jakarta. Dan diluar keharusan alur cerita, juga ditambahkan bumbu tambahan informasi tentang tempat-tempat tertentu. Namun, setting nya tidak melulu luar negeri, tergantung
kebutuhan cerita, contohnya adegan Miyu berusaha naik
becak, terjadi di Solo.
Jadi!! "Setting itu harus disesuaikan dgn logika cerita dan karakter."
Dalam hal membuat outline cerita, Mba Irene tidak membuat outline yang betul-betul rapi,
hanya merupakan garis besar aja. Setelah diketik menjadi bab, kemudian beberapa kali dibaca lagi dan diubah urutannya demi kepentingan naik turunnya konflik. Di beberapa bagian digunakan alur mundur, agar lebih seru.
Catet!! "Outline cerita dapat disusun sesuai kebutuhan naik-turunnya konflik"
Dalam menghadapi kendala menulis, Mba Irene punya jurus pamungkas, yaitu dengan membuat tabungan ide. Semua hal yang terpikir
tentang novel tersebut, baik situasi, ide kalimat, ide kejadian, ide ekspresi atau apapun, dituliskan, dan kumpulkan jadi satu di ponsel dan notes kecil
yang suka beliau bawa. Pas mau ngetik, tabungan ide itu akan sangat membantu. Karena menurutnya, tidak selamanya otak kompak dengan kesempatan
ngetik, giliran mau ngetik, ga ada ide kalimat cantik. Pada saat seperti itulah kesempatan untuk membuka tabungan ide. Atau bisa juga dengan mencari inspirasi dari nonton film, dengerin lagu, melihat orang, dan bicara dengan orang lain.
Kalau sedang mentok dengan novel A pindah ngerjain novel B atau nulis artikel.
Jadi disambi tidak dipaksa.
Catet!! "Buat Tabungan ide untuk membantu saat mengetik cerita"
Tanya jawab antara Narasumber dengan anggota WeBe pun terjadi setelah keterangan panjang lebar dari Mba Irene, yang dipandu oleh Kak Ajen Angelina (Lupa tadi gw nyebutin moderator di awal, silap kak, silap) selesai
Ken memulai pertanyaan kenapa genre yang dipilih itu drama keluarga di antara sekian banyaknya genre yang tersedia di muka bumi ini..
#ga usah mulai alay lah gan
#epss.. sori lah gan,, sensi amat sii dari tadi
Pengarang Novel Tiga Cara Mencinta ini memilih topik tersebut karena hal itulah yang terdekat dengan kehidupannya dan mudah di bahas karena banyak bahan.
Kemudian Yayat mulai bertanya tentang perasaan. Dia nanya perasaan Mba Irene pertama kali saat bukunya diterima di Gramedia. Jawabannya pun bikin terharu gan. Jadi Mba Irene seakan tidak menyangka ternyata bisa nulis
fiksi, karena sebelumnya beliau selalu nulis artikel yang pastinya nonfiksi. Begitu
terima surat kontrak dari gramedia, beliau langsung sujud sukur, terus nangis. Saat bukunya terbit, Mba Irene malah lagi di Bangkok, tapi excited banget waktu ada teman dari
Indonesia datang membawakan bukunya. Diliat-liat terus. Terus mewek lagi pas liat bukunya ada di Toko Buku. Dahsyaaaatt!!! Ngiriii bangeeet!!!
Kanjeng Ratu nanya gimana cara membuat pembaca penasaran dan bagaimana tiga tokoh dijadikan porsi yang pas dalam novel. Kemudian Mba Irene menjelaskan walaupun tokoh banyak tapi
masing-masing punya porsi, saling mendukung cerita utama dan gak bentrok contohnya pada cerita Sex and The City (eaaakkk,, jujur, gw belum baca buku ini, hehehe). Dan membuat pembaca penasaran dengan pakai
alur mundur, biar pembaca bertanya-tanya, sambil nyanyi kangen Band (Kamu Dimana, Dengan Siapa, Semalam Berbuat Apa??).
#Jangan mulai ngasal lagi deh gan
#epss,, keceplosan,, okey , okey, gw fokus lagi..heheh
Gw juga sempat nanya gan, apakah setiap bab harus ada klimaks konfliknya. Mba Irene menjawab nggak harus, justru kadang menjelang puncak, dipenggal. Jadi otomatis pembaca jadi penasaran dan ingin terus membaca kelanjutannya.
Dari pertanyaan Ayu Oktariani, kita pun dapat belajar tegar dan kreatif ala Mba Irene, karena pas naskahnya ditolak penerbit, naskah itu diolah lagi dan dirubah lai gan, menjadi tulisan yang lebih
naratif dan membuai, sehingga bentuknya tidak murni buku travelling, buku yang ini in progress gan.
Itulah sekilas cuplikan diskusi di grup whatsapp Warung Blogger, semoga bisa jadi referensi agan-agan semua dalam membuat novel.
Bilang Apa dulu gan??
Bilang Makasi lha sama gw..
Sekian dulu dari saya gan, anak baik ijin pamit dulu yaa.. Kata Mama gak boleh main sore-sore.
Salam Pena,
VM Atmanegara
4 Comment for "Sharing Warung Blogger: Belajar Menulis Novel"
Belajar dikit-dikit dari sini :)
Sipp gan,, ilmu dari Mba Irene ini bisa dicoba nih gan..
wokeh, gue sedot ilmunya.
dicatat!
siap,, hahahah,, catet!!!
Terima kasih atas kunjungan Agan dan Sista.
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.
[VM Atmanegara]